Entri Populer

Sabtu, 19 Agustus 2017

Kondisi Bahasa Indonesia Saat Ini

Eksistensi Bahasa Indonesia yang merupakan jati diri bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini, perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan memertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia.
Dengan disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.Bahasa Indonesia memang memegang peranan penting dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia. Karena itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan akademik para pengajarnya. Demikian juga halnya dengan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana pengembangan penalaran, karena pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan.
Arus global tanpa kita sadari memang telah berimbas pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya dan sosial media, facebook, twitter, SMS misalnya, memberi banyak perubahan bagi struktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Untuk itu, peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Untuk menyemarakkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90 persen warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya.
Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa tidak hanya dapat digunakan dalam bentuk lisan, tapi juga dapat digunakan dalam bentuk tulisan. Ilmu filsafat juga tidak lepas dari penggunaan bahasa, banyak filsafah yang justru mengawali pemikirannya dari problem bahasa. Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari tata gramatikal bahasa ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat terpengaruh hanya dari penggunaan kata-kata atau pemikiran.
Penggunaan bahasa Indonesia secara Nasional berperan sebagai alat perekat dan alat pemersatu bagi rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan suatu simbol yang menunjukan identitas Negara Indonesia.
Pada saat tumbangnya Suharto tahun 1998, bangsa Indonesia mulai mengalami banyak perubahan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah pada ruang publik. Semasa pemerintahan orde baru hanya bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik, dan bahasa asing hanya bahasa Inggris. Namun, saat ini sering kali kita mendengar  di media massa terutama televisi penggunaan bahasa lain. Seperti  bahasa Jawa, Sunda, Melayu dan lain lain. Untuk bahasa asing bahasa yang sering digunakan yaitu bahasa Perancis, Jerman, Korea, Dan Mandarin.
Sementara untuk bahasa daerah, pada masa Orde Baru penggunaan bahasa daerah terbatas pada wilayah "aman", dalam arti tidak digunakan untuk bidang politik dan ideologi, melainkan hanya pada ranah budaya, seperti untuk pertunjukkan kesenian daerah. Seiring dengan pertumbuhan otonomi daerah, penggunaan bahasa daerah di ruang publik semakin meluas dan seolah-olah menjadi hal yang wajar.
Penggunaan bahasa Indonesia secara Nasional berperan sebagai alat perekat dan alat pemersatu bagi rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan suatu simbol yang menunjukan identitas Negara Indonesia. Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia.
Pada saat tumbangnya Suharto tahun 1998, bangsa Indonesia mulai mengalami banyak perubahan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah pada ruang publik. Semasa pemerintahan orde baru hanya bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik, dan bahasa asing hanya bahasa Inggris. Namun, saat ini sering kali kita mendengar  di media massa terutama televisi penggunaan bahasa lain. Seperti  bahasa Jawa, Sunda, Melayu dan lain lain. Untuk bahasa asing bahasa yang sering digunakan yaitu bahasa Perancis, Jerman, Korea, Dan Mandarin.
Sementara untuk bahasa daerah, pada masa Orde Baru penggunaan bahasa daerah terbatas pada wilayah "aman", dalam arti tidak digunakan untuk bidang politik dan ideologi, melainkan hanya pada ranah budaya, seperti untuk pertunjukkan kesenian daerah. Seiring dengan pertumbuhan otonomi daerah, penggunaan bahasa daerah di ruang publik semakin meluas dan seolah-olah menjadi hal yang wajar.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, seperti pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Namun, kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Sebaliknya, berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul. Hal ini disebabkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antar sesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Akhirnya, keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Disamping itu, perubahan bahasa dapat juga terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa. Seperti misalnya, dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal ini memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Akhirnya, kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Seiring dengan bertambahnya usia bahasa Indonesia, semakin dihadapkan pada tantangan besar, tantangan yang dibuat oleh masyarakatnya sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahasa asing khususnya bahasa Inggris merupakan elemen penting dalam kehidupan saat ini.
Namun jika kita lihat secara menyeluruh yang menyebabkan terancam nya eksistensi bahasa Indonesia, tidak hanya penggunaan bahasa asing yang sudah sangat marak, melainkan penggunaan bahasa yang tidak sesuai kaidah kebahasaan atau yang biasa disebut bahasa alay atau bahasa gaul. Bahasa gaul adalah bahasa nonresmi yang digunakan oleh kalangan tertentu yang sifatnya sementara, biasanya digunakan oleh kalangan remaja. Bahasa gaul digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain agar pihak lain tidak mengetahui apa yang sedang di bicarakan. Bahasa gaul atau yang sering disebut bahasa prokem. Hal ini lah yang perlahan berpotensi mengikis eksistensi bahasa Indonesia.
            Walaupun Kita tahu bahwa bahasa internasional Bahasa Inggris, untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain, orang tersebut pasti menggunakan bahasa asing. Tidak terkecuali orang indonesia. Bahasa inggris, dimana merupakan bahasa asing di negara indonesia mempunyai peranan besar bagi indonesia itu sendiri. Pengaruh yang diberi pun beraneka ragam, ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang meberikan pengaruh negatif.
Dengan keberadaan bahasa asing sebagai bahasa internasional, pendidikan indonesia mulai dari taman bermain sampai dengan universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang bahasa asing. Ini dilakukan agar sumber daya manusia indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia. Pengaruh yang cukup positif bukan ?
Pengaruh negatif dari bahasa asing itu sendiri ada. Belakangan ini, pengaruh negatif dari bahasa asing tersebut sudah terlihat. Cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk. Bahasa indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing. Banyak generasi bangsa sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa campur aduk tersebut. Ini jelas mengurangi kekaedahan dan keabsahan akan bahasa indonesia yang menjadi bahasa persatuan itu sendiri.
Demikian juga dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sementara tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Berbagai macam bahasa gaul yang mulai tumbah beriring dengan berjalannya waktu. Istilah ini sudah mulai dikenal pada era 80-an. Contoh darri bahasa gaul tersebut adalah, kata kamu menjadi Lo / Lu / Loe. Ada pula aku menjadi Gue / Gua. Untuk sebutan Ayah dan Ibu terdapat pengubahan kata pula menjadi Bokap dan Nyokap.
Selain bahasa gaul. Bahasa asing juga menjadi pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa  saat ini. Banyak bahasa asing yang lebih ering digunakan oleh masyarakat Indonesia saait kini daripada bahasa Indonesia itu sendiri. Bahkan banyak anak muda zaman sekarang yang menganggap, dirinya tidak keren apabila tidak memakai bahasa asing/bahasa gaul.
Ada banyak bahasa asing yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari hari. Contohnya, penggunaan nama tempat, jalan, kendaraan, dll. Seperti saat ini, masih banyak dari kita yang memakai bahasa asing dan menjadi kebiasaan sehari hari. Contoh dari kata tersebut seperti, CODv(Cash On Delivery), Design, Miss Call. Sebagai contoh lain, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.
Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris. Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”, “Mestika Bank”, dan lain-lain, sekarang diubah menjadi “Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Mestika”.
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia tidak terlu terjadi.
Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
Banyak faktor yang sangat kuat untuk mempengaruhi terancamnya eksistensi bahasa Indonesia. Disaat kita berbicara dengan sesama kita bisa terpengaruh karena yang pertama lingkungan, faktor lingkungan ini sangat kuat pengaruhnya karena kita berada didalam lingkungan tersebut. Lingkungan yang seperti apa? Misal kita berada pada sebuah lingkungan sekolah dan sedang berkumpul dengan teman sebaya, apakah kita akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan? Rasanya akan terasa rancu dan aneh ketika kita menggunakan EYD di lingkungan yang seperti itu, mengapa terasa rancu? Kita cenderung menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dengan lawan bicara dan terdengar enak jika diucapkan. 
Penggunaan kalimat tidak baku dalam berbicara juga mempengaruhi saat kita berbicara dalam situasi formal. Ada kalimat-kalimat yang sering kita dengar, saat kita mendengarnya terasa janggal. Ini yang masih mempengaruhi keadaan bahasa kita saat ini. Yang kedua pengaruh bahasa daerah, pengaruh ini sering kita dengar sedikit banyak, jika seseorang tidak sering menggunakan bahasa Indonesia ia akan janggal saat berbicara, dia bisa tidak sengaja mengeluarkan bahasa daerahnya saat berbicara dengan orang lain yang jadi nya orang lain tidak mengerti, selain itu dialek pun akan sedikit mempengaruhi kerancuan dalam berbahasa Indonesia. 
Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini disamping dapat dimulai dari diri sendiri, juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Dengan demikian globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia. Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.